-->

Insan Jurnalis "Pahami Penulisan Berita", Waspada, Maraknya Informasi Palsu


Media mendapat tempat utama dalam pembangunan Dunia Ketiga ini, sejalan dengan ide pembangunan masyarakat berdasarkan informasi yang didengungkan oleh McLuhan. Media menjadi agen dari kemajuan. Teks Ithiel De Sola Pool, pencetus istilah “konvergensi” dalam penelitian efek teknologi dalam masyarakat, yang diterbitkan Unesco, merangkum tesis manuver media ini; “Media komunikasi yang bertujuan untuk membuka pasar bagi produk dan kepentingan baru, juga menggambarkan citra dari sebuah tipe manusia baru dalam sebuah miliu yang baru.

Mengingat semakin menjamurnya media online, blogger ataupun media sosial di tanah air, Aktivis Jurnalis, D.Manurung berbagi masukan kepada rekan-rekan jurnalis, Sepanjang kita yakin telah melakukan sesuatu dengan baik, selalu belajar untuk lebih baik, terbuka dengan masukan, rasa nyaman dan tenteram itu akan datang. Kemuliaan hidup tidak pernah tertukar, kata D.Manurung, minggu (22/07/2018)

Jika kamu melihatnya dengan positif, masa lalu tidak ada yang buruk. Yang ada hanya masa lalu yang indah dan pelajaran yang berharga, sebut D.Manurung.

Mungkin selama ini kita menganggap bahwa artikel berita sama saja dengan artikel-artikel lainnya, sehingga dalam penulisan pun tidak ada bedanya dengan artikel pada umumnya. Padahal tidaklah demikian.

Jika kita menulis artikel non-berita yang biasanya muncul di blog2 pribadi, maka si penulis dapat memposisikan diri sebagai subjek, artinya dia boleh menyampaikan pendapat, mengeluarkan klaim, menilai, mengulas dan lain sebagainya.

Berbeda dengan artikel berita, si penulis tidak boleh memposisikan diri sebagai subjek. Tugas dia hanya menyampaikan informasi yang didapatnya dari berbagai macam sumber termasuk langsung dari narasumber TANPA DITAMBAH dan DIKURANGI. Lalu apa dan siapa subjek nya? Sesuai dengan definisi dari KBBI, subjek adalah pokok pembicaraan, pokok bahasan, orang, tempat, atau benda yang diamati/dibahas. Jadi si penulis tidak punya porsi di sini.

Perbedaannya sangat jelas bukan? Artinya apa? Setiap pemberitaan yang dibuat haruslah memenuhi unsur objektivitas. Itu sebabnya, sebuah konten berita mau ditulis oleh siapapun makna yang terkandung haruslah tetap sama jika diambil dari sumber yang sama.

Misalnya, Si A dan si B menulis konten berita dengan sumber yang sama persis karena mereka berada di satu tempat ketika meliput berita tersebut. Berita yang mereka tulis adalah tentang “KPK Geledah Rumah Dirut PLN”, maka meskipun gaya penulisan mereka berbeda, tetapi makna yang terkandung di tulisan si A dan si B haruslah sama.

Bayangkan jika penulis berita diberi kemampuan untuk menyampaikan opini, menyampaikan pendapat, menilai dan lain sebagainya. Bisa kacau nantinya, berita yang sama akan memiliki makna berbeda jika ditulis oleh orang yg berbeda.

Bias jadinya, ujung2nya pembaca meyimpulkan bahwa berita ini sudah “dipelintir” alias tidak lagi asli sesuai dengan sumber, meskipun kata tersebut merujuk pada perbuatan yang disengaja, tetapi itulah yang akan terjadi jika si penulis mencoba mengambil porsi dalam sebuah pemberitaan. Ini sebenarnya masih menjadi problematika juga dalam dunia jurnalistik. Contoh, reporter wanita dan reporter pria pasti akan berbeda dalam hal penyampaian ketika mereka meliput peristiwa penggusuran. Panjang pokoknya kalau mau bahas bagian yang ini. Tapi intinya seperti itu.

Mengenai kalim, klaim ataupun pernyataan haruslah berasal dari pihak lain, dalam hal ini bisa berasal dari narasumber ataupun sumber.

Prinsip di atas haruslah diterapkan pada setiap pemberitaan, baik itu pemberitaan tentang teknologi, sains, politik, termasuk pemberitaan tentang gadget. Fakta di lapangan, banyak penggunaan kata-kata yang tidak perlu, kata-kata yang dipaksakan hanya untuk memenuhi target jumlah kata (kalian pasti ngerti sebagai blogger). Sayangnya, hal-hal semacam itu justru berpotensi membuat pemberitaan tidak lagi objektif, tetapi subjektif.

PENULISAN BERITA YANG BAIK DAN BENAR

Menulis berita dengan baik adalah sangat penting dalam kegiatan jurnalistik. Jika jurnalis tidak bisa menulis berita dengan baik maka berbagai berita penting, kisah-kisah yang menarik, analisis mendalam, ulasan pendapat, dan kabar gosip tidak akan mampu menjangkau khalayak sasaran. Menulis merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Karena dengan menulis, kita belajar untuk menemukan dan menggunakan kata-kata yang tepat, menyatukannya ke dalam sebuah kalimat, dan membentuk sebuah paragraf yang dapat memberikan makna bagi khalayak pendengar atau pembaca. Tulisan yang baik akan mendatangkan umpan balik yang positif dari editor, pembaca, dan lain-lain.

Pengertian Berita

Banyak sekali pengertian berita yang telah dirumuskan oleh ahli. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online – Berita atau kabar adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita juga berarti laporan, pemberitahuan, atau pengumuman.

Dictionary of Media – Berita adalah laporan dari kejadian atau peristiwa yang baru saja terjadi dalam sebuah surat kabar, televisi, radio, atau laman.

Dictionary of Mass Communication and Media Research – Berita adalah laporan dari suatu kejadian atau peristiwa yang baru saja terjadi atau laporan yang muncul di media massa.

Beberapa pendapat mengatakan bahwa istilah berita atau news dalam bahasa Inggris merujuk pada 4 (empat) arah mata angin, yaitu North, East, West, dan South. Hal ini mungkin diciptakan untuk membedakan antara diseminasi informasi secara kasual dan usaha yang disengaja untuk mengumpulkan berita.

Menurut David Demers (2005 : 210), berita dapat dibedakan ke dalam dua macam yaitu “hard news” dan “soft news”.
Hard news merujuk pada pelaporan berita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi misalnya berita-berita politik dan kriminal. Umumnya, hard news mencakup berita-berita terbaru yang ditulis dengan gaya piramida terbalik.
Soft news merujuk pada pelaporan berita yang terkait dengan tema human interest atau profil seseorang.

1. Formula Berita
Umumnya, terdapat dua macam formula dalam pendekatan tradisional penulisan berita yaitu formula berita Enam Pertanyaan Rudyard Kipling dan formula berita piramida terbalik.

A. Enam Pertanyaan Rudyard Kipling

Suatu berita terdiri dari dua bagian, yaitu teras berita dan tubuh berita. Teras berita atau pengantar berita atau intro merupakan bagian terpenting dari suatu berita. Karenanya harus ditulis dengan singkat, padat, dan jelas.  Biasanya, dalam teras berita menjawab pertanyaan WHO – WHAT – WHERE – WHEN – WHY – HOW atau dikenal dengan 5W+1H.  Contoh penulisan teras berita adalah sebagai berikut :

Seorang penjambret (WHO) berhasil melarikan diri (WHAT) dengan menggunakan sepeda motor (HOW)  setelah menggasak dompet Meong (WHY) saat sedang belanja kue di pasar (WHERE), kemarin (WHEN).

Masing-masing media berita atau kantor berita memiliki aturan tersendiri dalam menulis teras berita. Karena masing-masing memiliki alasan tersendiri mengenai unsur apa yang harus ditonjolkan dalam sebuah teras berita. Para jurnalis hendaknya mengenali gaya penulisan teras berita dari berbagai media. Namun pada umumnya, teras berita mengandung dan menjawab keenam pertanyaan di atas.

B. Piramida Terbalik

Berita yang ditulis pada umumnya disusun dalam bentuk piramida terbalik. Tujuan penulisan berita dalam bentuk piramida terbalik adalah untuk memperlihatkan apa yang menjadi bagian terpenting dalam sebuah berita. Dalam piramida terbalik, pada teras berita berisi intisari infromasi yang sangat penting yang mencakup 5W+1H. Selanjutnya, pada bagian tubuh berita berisi informasi yang berupa fakta-fakta dan penjelasan rinci yang mendukung. Kemudian, pada bagian penutup, berisi informasi yang kurang penting.

Dengan demikian, penulisan berita dalam bentuk piramida terbalik memiliki karakteristik sebagaii berikut :
-Menempatkan informasi dalam urutan logis.
-Mengatur informasi dari yang paling penting ke yang kurang penting.
-Alur kisah dimulai dengan sebuah klimaks.
-Informasi berikutnya bersifat menjelaskan dan mendukung teras berita.

Keuntungan menulis berita dalam bentuk piramida terbalik adalah sebagai berikut : Mengiklankan apa yang akan dibaca dalam sebuah berita, Mengirimkan informasi yang paling penting di muka, Menghemat waktu bagi pembaca dan ruang editor. Memungkinkan para editor untuk mempersingkat berita dari bawah, Pengiriman berita lebih cepat, Pembaca dapat meninggalkan berita kapanpun ketika telah mendapatkan infromasi yang dibutuhkan.

Adapun kekurangan menulis berita dalam bentuk piramida terbalik adalah sebagai Pembaca menjadi tidak tertarik untuk membaca keseluruhan berita, Berita menjadi seperti tidak ada akhir, Tidak ada ketegangan karena pembaca kehilangan minat.

2. Teras Berita
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan teras berita atau leads adalah pembuka atau pengantar berita yang berisi intisari dari informasi yang sangat penting. Tujuan penulisan teras berita adalah untuk menarik perhatian khalayak. Umumnya teras berita ditulis dengan singkat, padat, dan jelas dalam satu atau dua paragraf.

a. Karakteristik penulisan teras berita

Penulisan teras berita memiliki beberapa karakteristik sebagai Informasi yang disajikan hendaknya relevan, berguna, dan menarik, Teras berita hendaknya menjawab pertanyaan “siapa yang peduli”, Teras berita berisi intisari informasi yang sangat penting.

b. Pedoman penulisan teras berita

Teras berita menempati alenia pertama dan harus mencerminkan pokok terpenting berita. Teras berita umumnya terdiri dari satu kalimat dan kurang dari tiga kalimat.

Teras berita yang mengikuti kaidah Bahasa Indonesia umumnya terdiri dari 30 – 45 perkataan. Jika teras berita disajikan dengan singkat atau kurang dari 25 perkataan, maka teras berita akan menjadi lebih baik.
Teras berita ditulis dengan singkat agar :

Mudah ditangkap dan cepat dimengerti, mudah diucapkan depan radio dan televisi, dan mudah diingat Kalimat-kalimat disusun secara singkat dan sederhana, dengan tetap mengindahkan bahasa baku serta ekonomi bahasa sehingga menjauhkan kata-kata mubazir.

Jelas melaksanakan ketentuan “satu gagasan dalam satu kalimat”. Tidak  sekaligus memuat semua unsur 5W+1H atau 3A dan 3M yaitu “APA – SIAPA – MENGAPA – BILAMANA – DI MANA – BAGAIMANA”. Dibolehkan memuat lebih dari satu unsur daripada 3A – 3M.
Hal-hal yang tidak begitu mendesak, namun berfungsi sebagai penambah atau pelengkap keterangan, hendaknya dimuat dalam badan berita.

Teras berita sebaiknya mengutamakan unsur APA. Unsur APA diberikan dalam ungkapan kalimat yang sesingkat mungkin yang menyimpulkan atau mengintisarikan kejadian yang diberitakan.

Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur SIAPA, karena hal ini selalu menarik perhatian manusia. Jika unsur SIAPA tidak terlalu menonjol, maka sebaiknya ia tidak dipakai dalam permulaan berita.

Teras berita jarang menggunakan unsur BILAMANA pada permulaannya. Sebab unsur waktu jarang merupakan bagian yang menonjol dalam suatu kejadian. Unsur waktu hanya dipakai sebagai permulaan teras berita, jika memang unsur itu bermakna khusus dalam berita itu.

Urutan unsur dalam teras berita sebaiknya unsur TEMPAT dulu, kemudian disusul oleh unsur WAKTU. Unsur BAGAIMANA dan unsur MENGAPA diuraikan dalam badan berita, jadi tidak dalam teras berita. Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang asalkan kutipan itu bukan merupakan suatu kalimat yang panjang. Dalam alenia berikutnya, hendaknya segera ditulis nama orang itu dan tempat serta kesempatan dia membuat pernyataan.

c. Jenis-jenis penulisan teras berita

Teras berita memiliki beberapa jenis, yaitu :
*Identifikasi segera – menekankan pada pemain kunci atau aspek “siapa”.
*Identifikasi tertunda – secara umum merujuk apa aspek “siapa” karena seseorang memiliki nama kecil.
*Intisari – menggabungkan beberapa elemen penting dibandingkan menyoroti sebuah aspek khusus ke dalam sebuah sinopsis.
*Elemen berganda – menggabungkan beberapa tema sekaligus.
*Teras berita dengan – menyajikan informasi yang unik.

3. Kepala Berita
Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya Bahasa Jurnalistik dan Komposisi (1984 : 85-87), kepala berita memiliki karakteristik sendiri yaitu :

Kepala berita umumnya ditulis dengan menghilangkan bentuk awalan atau imbuhan atau prefix. Contoh kepala berita yang sering kita baca melalui surat kabar adalah : “Tantowi/Lilyana Raih Emas Pertama”. Penghilangan imbuhan dimaksudkan agar berita yang kita baca menjadi lebih hidup.

Kepala berita harus menceritakan intisari berita dalam bahasa yang ringkas dan padat, Kepala berita harus ditulis dalam bentuk kalimat aktif, Kepala berita secara ketat harus membatasi diri pada fakta-fakta dalam berita atau dalam cerita. Segala sesuatu yang yang bersifat pendapat atau opini, komentar atau ulasan, harus dibuang dari kepala berita, Penulisan kepala berita menggunakan kata-kata sederhana yang mengandung kata kerja aktif. Dalam penulisan kepala berita hendaknya tetap mengindahkan tata bahasa Indonesia yang baku.

MARAKNYA HOAX, PAHAMI HAL INI!!!

Arus lalu lintas informasi terasa begitu cepat semenjak internet mudah diakses saat ini. Begitu banyak informasi yang beredar, seakan membuat bias mana informasi yang dapat dipercaya, mana informasi yang nyata dan mana berita bohong yang sengaja dilempar untuk mengacaukan tatanan hidup manusia. Berita bohong gampang banget disebar dan menjadi viral di media sosial. Sebagai kaum milenial yang melek media, sebetulnya kita bisa dengan mudah mengetahui sebuah berita hoax dari 7 pertanyaan sederhana ini:

1. Apakah berita tersebut berasal dari situs dengan nama yang aneh?
Situs dari website dengan nama atau akhiran domain yang tidak familiar ataupun dari third party platforms seperti blog, akan dengan mudah dipertanyakan kredibilitasnya. Hati-hati juga dengan jebakan situs yang mengatasnamakan situs media online lain, tetapi dengan domain yang berbeda.

2. Apakah judul berita dengan isinya relevan?
Salah satu alasan kuat mengapa berita hoax paling cepat beredar di Facebook adalah karena pengguna Facebook seringkali mudah terpancing judul berita yang fantastis, terburu-buru membagikannya tanpa membaca terlebih dahulu isinya. Biasanya judul berita yang fantastis digunakan untuk memancing klik atau disebut clickbait. Isi beritanya seringkali tidak relevan, bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan judul.

3. Apakah berita tersebut aktual, atau sudah 'dimodifikasi' ulang?
Jangan salah, berita yang benar bisa dimainkan dan dimodifikasi ulang dengan pelintiran di sana-sini. Hasilnya adalah berita baru dengan informasi yang tidak benar. Gak cuma itu, berita lama bisa diangkat kembali ke permukaan, seolah-olah terjadi di saat ini untuk memancing isu baru. Sebuah blog bernama Viral Liberty baru-baru ini melaporkan bahwa pabrik Ford memindahkan produksinya dari Mexico ke Ohio karena kemenangan Donald Trump dalam pemilu. Berita ini begitu cepat menyebar. Faktanya, ya, Ford memang memindahkan pabriknya dari Mexico ke Ohio ... tapi di tahun 2015. Jauh sebelum Trump memenangkan pemilu AS di 2016 ini.

4. Apakah sumber beritanya bisa dipertanggungjawabkan?
Kredibilitas sebuah berita patut dipertanyakan jika tak menyertakan sumber yang valid untuk memberikan statement. Bukan hanya berita politik saja yang layak dipertanyakan kredibilitasnya, tetapi kamu harus waspada dengan sebuah informasi yang tidak berdasarkan pernyataan perusahaan resmi, para ahli atau mereka yang terlibat langsung dalam sebuah masalah.

5. Apakah foto atau videonya terpercaya?
Foto dan video bisa juga diambil dari sumber yang tidak berhubungan langsung sehingga menimbulkan klaim yang salah. Cek terlebih dahulu di Google untuk mencari sumber foto yang pertama kali mempublishnya dan lihat metadatanya. Di situ akan terungkap apakah tanggal diunggahnya foto yang pertama kali, sesuai dengan berita yang ditulis.

6. Apakah berita yang ditulis menimbulkan prasangka?
Sebagai generasi milenial yang melek media, kita wajib memfiltrasi berita-berita yang lalu-lalang di sekitar dengan kontrol diri sendiri. Konfirmasi, melihat dari dua sudut pandang (cover both side) perlu dilakukan untuk mengurangi bias pemberitaan media yang seringkali menyesatkan.

7. Apakah berita tersebut hanya berasal dari satu website saja?
Untuk mengecek keabsahan sebuah berita, sebetulnya bisa dilakukan dengan sangat mudah, yaitu mencarinya di mesin pencarian Google. Jika berita tersebut hanya dimuat oleh satu website saja, sementara tidak muncul di website-website media online yang kredibel lainnya, bisa jadi berita tersebut hanya rekaan saja. Jika muncul di dua website saja, kamu harus menelitinya lebih lanjut, apakah kedua website itu saling berkaitan dan dalam satu lingkaran yang sama. Jika ya, kemungkinan besar berita tersebut hoax. Lewati saja.

Sebagai generasi milenial yang telah akrab dengan internet dan berbagai penggunaannya, kita telah terbiasa dijejali dengan berbagai informasi setiap harinya. Peredaran informasi dan berita yang begitu cepat dan berasal dari berbagai penjuru, semestinya membuat kita menjadi lebih bijak lagi untuk menyaring mana yang layak dibagikan dan yang tidak. Semoga ke-tujuh cara di atas membantumu untuk menjadi bagian dari generasi cerdas berbagi. By: D.Manurung (Aktivis Jurnalis)

0 Komentar

Lebih baru Lebih lama