-->

Usai Dilantik, Ini Ungkapan Anak Penjual Gorengan yang Ingin Jadi Jenderal


SURABAYA ,- Hafid Bahtiar, remaja kelahiran Kabupaten Tulungagung, tahun 1995 lalu itu, ternyata memiliki impian yang sangat mulia. Di tengah-tengah keterbatasan ekonomi keluarganya, Hafid mempunyai impian untuk menjadi seorang Jenderal.

Tak disangka, impian anak dari pasangan Mujani dan Supriatin itu, akhirnya terwujud. Itu bermula, ketika adanya pendaftaran Taruna Akademi Militer (Akmil) pada tahun 2014 lalu.

Hafid mengaku, ketika pendaftaran sebelumnya (tahun 2013, red) dirinya dinyatakan tak lulus seleksi Akmil. Namun, dengan usaha dan keinginan yang kuat, ia akhirnya mencoba untuk mendaftarkan diri kembali untuk mengikuti tes Akmil di tahun berikutnya.

“Alhamdulillah, tes Akmil tahun 2014 saya dinyatakan lulus,” aku Hafid, remaja berusia 23 tahun ini usai pelantikan Prasetya Perwira (Praspa) TNI dan Polri di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis pekan lalu.

Tidak hanya itu saja, Hafid juga menceritakan betapa kerasnya kehidupannya kala itu, tepatnya ketika ia masih duduk di bangku SD dan SMP. Hafid, yang saat ini sudah berpangkat Letnan Dua (Letda), kala itu rela membanting tulang untuk membantu perekonomian keluarganya.

“Orang tua saya pedagang bakso, gorengan, jagung dan kacang rebus di pinggir jalan. Ketika saya sekolah SD dan SMP, saya berangkat sambil membawa gorengan dari rumah, kemudian saya jualan di sekolah,” ungkap Hafid.

Ternyata, kegigihan Hafid masih terus berlanjut hingga menginjak pendidikan di bangku SMAN 1 Campur Darat. Keinginannya untuk meningkatkan perekonomian keluarganya, masih terus ia lakukan tanpa mengenal rasa lelah.

“Sepulang sekolah, saya menjadi tukang batu marmer. Kalau ada waktu senggang, saya meluangkan waktu untuk melatih basket di kampung,” ujarnya. “Upah yang saya dapat, lumayan buat beli makan sehari-hari dan uang saku sekolah saya,” tambahnya.

Meski saat ini ia telah berhasil menggapai impiannya, Hafid yang saat ini diresmikan sebagai Perwira TNI-AD Korps Artileri Medan (Armed) itu, senantiasa tak melupakan pesan moral dari kedua orang tuanya untuk tetap semangat dan tidak mudah putus asa.

“Jangan pandang siapa orang tuamu atau keluargamu. Tapi, berbanggalah darimana keluargamu,” lirih Hafid yang pernah gagal mendaftar seleksi Akmil tahun 2013 lalu ini.

0 Komentar

Lebih baru Lebih lama