-->

Teknologi Agrobisnis Presisi, Aras Baru i-Grow Tingkatkan Valuasi



BANDARLAMPUNG  - Sebagai pelaku usaha rintisan (start-up) berbasis agrobisnis digital, pengalaman mencari klaster pemodal justru langkah paling mudah dalam skim kolaborasi antarpemangku yang ditaja perusahaan start-up bertumbuh, i-Grow. Wow.

Buah keseriusan menapaki tahap demi tahap pemuliaan proses kreatif lazimnya sebuah start-up ini, seolah ingin mematahkan keluh kesah banyak orang yang masih coba bertahan jadi pebisnis konvensional, atau yang akibat efek disrupsi berusaha transformatif ke ranah digital, di tengah sulitnya akses dan ketiadaan agunan memperoleh modal.

Sebagai pihak yang sukses mempertemukan kumpulan pemangku pertanian dalam satu platform, i-Grow berupaya gigih meningkatkan derajat kolaboratifnya sebagai kata kunci.

Mulai jejaring pemilik modal berpenghasilan stabil sehingga bisa berinvestasi menaik bertahap, petani berkemampuan khusus (skill farmer), para pembeli (off-taker) sebagai end-user sekaligus pemangku hilir, hingga mitra pemilik lahan yang kini tercatat 2.800 hektare tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi.

Koordinasi ketat antarpemangku, terbukti hebat mengkonsolidasikan platform aplikasi teknologi digital i-Grow, yang hingga kini telah menautkan sedikitnya 28 komoditas pertanian unggulan dalam menu saji layanan produk platformnya di layar ponsel pintar kita.

CEO i-Grow Andreas Senjaya menjelaskan hal ini saat presentasi makalah Precision Agriculture Technology dalam Optimalisasi Lahan Pertanian di Indonesia, selaku pembicara Seminar Digital Solution Digital Solution for Farming Industry, yang dihelat Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Lampung, di Ballroom Hotel Swiss-bel, Bandarlampung, Jum'at (3/8/2018).

Berupaya meningkatkan valuasi hasil, saat yang sama tetap sigap mempertahankan performa platform tepercaya, pada praktiknya kembali pada prinsip apa yang dibutuhkan pasar.

"Baru-baru ini kita dihebohkan dengan kelangkaan telur massal. Segera kami sikapi dengan menyediakan jalur pemasok, tetap dengan harga kompetitif. Tahun lalu, ramai isu garam impor, kami segera gerak cepat hingga punya mitra pemilik tambak garam di Jawa Barat yang  mampu mencukupi kebutuhan mitra off-taker kami," jelas Andreas, technopreneur bertubuh jangkung ini.

Berbicara di hadapan dua ratusan peserta asal mahasiswa Ilmu Komputer Unila dan Institut Teknologi Sumatera (Itera), pelaku start-up, komunitas GenBI Lampung, utusan ponpes, konsultan pendamping desa, hingga para pegiat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) se-Lampung, Andreas tampil memukau.

Menurut dia, memasuki kiprah tahun kelima, kini i-Grow tengah mengujicoba serius konsep green house, sebagai ujud teknologi terapan pertanian agrobisnis secara presisi.

"Kebaikan teknologi berperan disana. Pernah kebayang nggak, menanam tomat di gunung pasir? Nah, itu kami coba, ternyata bisa. Selagi kita mau berusaha, ada aja jalannya," kata dia.

Kini, lanjut dia, setelah empat tahun fokus tahap finalisasi perkuatan permodalan dan stakeholder penanaman, tahun 2018 ini i-Grow memasuki lompatan fokus baru, yakni meniti upaya optimalisasi hasil dengan pemanfaatan teknologi agrobisnis dan teknologi digital.

"Bapak Ibu pernah lihat orang menanam di kontainer? Itu salah satu solusi i-Grow menjawab kebuntuan petani atas ketiadaan maupun keterbatasan lahan," ujar Andreas.

"Ini juga sedang kami coba. Dengan memanfaatkan teknologi pengganti drone yang  masih terkendala suplai baterai terbatas, kami ganti dengan kamera sensorik guna kontrol ketat detail progres penanaman," terang dia.

"Kapasitas unsur mineral dalam tanah, juga nutrisi tanaman, lebih presisi deteksinya menggunakan teknologi ini. Termasuk, urusan identifikasi hama penyakit," tambahnya.

Berikutnya, masih lanjut pengampu plaform digital yang sukses mengkonsolidasikan sekitar 10,5 juta tanaman komoditas agrobisnis dalam satu genggaman gawai berbasis Android ini, pihaknya juga tengah berinovasi serius melakukan pengembangan platform block chain sebagai daya dukung tanpa putus.

"Kami percaya, ide kreatif selama itu smart, hasilnya pun tak kalah smart. Karenanya kami senantiasa mendasarkan diri pada informasi kredibel sebagai sumbu kebijakan. Agar apa?"

"Kami punya misi, dan itu terus kami perjuangkan, agar petani digital kita, beroleh angka keekonomian produknya paripurna. Satuan harga per komoditas pertaniannya tidak  terpengaruh tingkat laju inflasi," tutupnya.

Paparan yahud Andreas, senada dengan harapan panitia, yang mendatangkannya bersama pengampu start-up budidaya perikanan, CEO i-Fishery Gibran Huzaifah, untuk berbagi kisah sukses yang diharapkan mampu menginspirasi petani baik konvensional maupun digital di bumi agrobisnis, Lampung.

Selain keduanya, juga hadir berbicara, Ketua Umum Yayasan Desapolitan Indonesia (Desindo) Zaidirina dan CEO Darmajaya Corporation yang juga pegiat Krakatau Digital Movement (KDM) Lampung, Davit Kurniawan.

Selaku tuan rumah, Bank Indonesia menghadirkan narasumber Kepala Divisi Teknologi Finansial (Kadiv Tekfin) Departemen Kebijakan Dan Pengawasan Sistem Pembayaran (DKSP) BI Susiati Dewi.

Berlangsung interaktif, seminar yang dimoderatori akademisi Faperta Unila Hanung Ismono itu, rangkaian even syar'i terbesar Sumatera tahun ini, Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Sumatera 2018 yang dipusatkan pula di Lampung Walk, Bandarlampung, dan akan berakhir Minggu (5/8/2018), besok. [red/mzl]

0 Komentar

Lebih baru Lebih lama