-->

MWCNU Badas Salurkan Langsung Bantuan Kepada Warganya Yang Terdampak Gempa - Tsunami Di Palu Donggala



KEDIRI, TRIBUNUS.CO.ID - Setelah 2 hari MWCNU Badas beserta Lembaga dan Banomnya gelar aksi penggalangan dana di sepanjang jalan protokol Kecamatan Badas pada hari Sabtu/Minggu 6-7 Oktiber 2018, donasi yang sudah terkumpul sebagian langsung di salurkan untuk satu keluarga yang terkena dampak akibat gempa - sunami Palu Donggala di Desa Tunglur Kecamatan Badas Kabupaten Kediri.

Beberapa Pengurus dan Ketua MWCNU Badas KH. Khoirul Basyar, M. Pd. didampingi Ketua LAZISNU Kecamatan Badas Ustadz Fatihuddin SE. mendatangi tempat tinggal sementara (kampung halaman) satu keluarga korban yang selamat akibat dampak gempa - sunami Palu Donggala yaitu Ustadz Khoirur Roziqin Al-Hafidz juga Istri dan satu anak laki-lakinya yang berumur 2 tahun. Rombongan Bermaksut menyalurkan bantuan yang di kelola LAZISNU Badas berupa Sembako 3 dos, 1 Sak beras dan uang tunai sebesar Rp 3 juta rupiah.

Dalam prosesi penyerahan bantuan kepada kepala keluarga tersebut, Ustadz Fahrur Roziqin Al-Hafidz sempat menceritakan apa yang di alaminya sewaktu gempa terjadi. Dia mengatakan "sore itu saya sedang berada di Kecamatan Sigi bersama anak saya di rumah teman saya, sedangkan istri saya berada di Palu,yang jaraknya kurang lebih 7 Km dari Temoat yang saya singgahi.

Saat maghrib tiba terdengar suara adzan menggema di masjid terdekat. adzan sampai pada lafadz, "hayya 'alasshola" di situlah guncangan gempa pertama kali terasa dengan kekuatan yang begitu dasyat dan guncangan yang besar sehingga listrik langsung padam, suasana yang redup sambil menggendong anak,  saya berlari menyelamtkan diri, begitupun semua orang berteriak sembari minta tolong begitupula dengan anak saya yang tangis ketakutannya begitu kencang.

Pada saat itu didepan saya semua bangunan berjalan menjauh dari tempat asalnya berdiri, suara gemuruh yang menggelegar begitu keras akibat pergerakan tanah yang terlihat di mata saya, beberapa rumah pun mulai roboh dan terbelah, bahkan bangunan kokoh pun ikut terbelah, antara jalan dan tanah tidak ada bedanya semua terbelah kemudian keluar lumpur pekat, bangunan besar-besarpun ikut masuk kedalam bumi di sertai suara dentuman kemudian tertutup tanah, dan suara gemuruh seperti dentuman bom di mana-mana.

Saat itu saya menggendong anak saya berjalan di atas lumpur yang pekat. Bernafaspun sangat sulit karna beberapa kali saya terperosok masuk kedalam lumpur yang bergelombang yang tingginya mencapai lima meter. Pakaian saya dan anak saya, saya lucuti telanjang untuk memperingan perjalanan saya di atas lumpur, sembari berjuang sepenuh tenaga untuk bisa selamat. saat itu saya hanya bisa pasrah dan terus berdoa, berwasilah, membaca fatihah dan doa-doa meminta keselamatan kepada Alloh.


Sampai akhirnya dalam keadaan gelap gulita sekitar jam 22.00 wib, saya menemukan masjid yang masih berdiri walaupun sebetulnya sudah tidak layak untuk di huni, saya dengan terpaksa memakai bangunan tersebut untuk beristirahat. Di dalam masjid ada satu buah sarung, setelah membersihkan badan dengan air tandon yang masih sedikitit saya melaksanakan sholat lihurmatil waqti, kemudian Dengan keadaan telanjang tanpa makan dan minum semalaman saya menjaga anak saya yang tertidur berselimutkan sarung yang tadi saya pakai sholat, pendek cerita.

Baru pada hari kedua saya bisa bertemu istri saya yang juga masih diberi keselamatan oleh Alloh. Dan pada hari ke 3 nya barulah saya beserta anak istri saya dengan keadaan perut lapar karna 3 hari tidak makan nasi, saya bisa pulang dengan menaiki pesawat hercules milik TNI gratis. saya sekeluarga baru bisa makan nasi di bandara Balikpapan saat pesawat tersebut transit. Saya pun akhirnya sampai di desa tunglur ini dengan selamat walapun pulang tidak membawa apa-apa selain beberapa baju. Namun saya sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup biarpun semua yang ada di Palu sudah rata dengan tanah dan hanyut terbawa sunami", tururnya.

Reporter : Aminuddin
Editor      : Hariono

0 Komentar

Lebih baru Lebih lama