-->

Bersyukur Atas Keterbatasan "Oleh Muhammad Naf'an Shalahuddin




KEDIRI, TRIBUNUS.CO.ID - Si Khoirul Anwar tetangga saya yang masih kelas 3 SMP itu tempo hari tiba-tiba mengejutkan para warga di desa saya. Tak ada yang menyangka bahwa pada hari itu dia masuk koran lokal dan mengguncang udara yang berhembus lirih menyapu desa saya. Jika sebelum-sebelumnya ada warga desa saya yang masuk koran kasus narkoba, main togel, adu jago, jambret, dan kena gerebek satpol PP saat sedang main perepuan. Kali ini bocah bernama Khoirul Anwar berhasil memberikan setangkai ‘bunga bagi sekolahnya dan bagi desa saya. Dia berhasil meraih prestasi sebagai juara 3 lomba lari 100 meter pada Porseni SMP tingkat provinsi Jawa Timur. Iya, dia sukses menjadi juara 3 tingkat SMP di salah satu provinsi dengan penduduk terbesar di negeri ini.

Sebuah prestasi yang cukup diidam-idamkan oleh para atlet muda di setiap daerah. Yang membikin orang-orang menjadi terkejut bukanlah karena dia meraih prestasi di tingkat provinsi, kalau soal itu sebelumnya anak-anak di desa saya sudah sering mendapatkan gelar setingkat itu pada bidang yang lain. Bahkan ada juga yang sampai pada tingkat nasional. Yang membuat dia menjadi trending topic warga se-kampung adalah karena selama ini para warga mengenal si Khoirul anwar ini hanyalah seorang anak ingusan, anak orang miskin, rumahnya gedek neng ngisor pring, anaknya hitam dekil, dan terkenal urakan gara-gara rambutnya disemir cokelat seperti sapu sepet.

Jelas saja orang-orang jadi terheran dan bertanya-tanya, masak bocah norak kayak gitu bisa jadi juara 3 provinsi? Tapi mau gimana lagi, percaya nggak percaya ya memang begitulah fakta berbicara.
Di lain desa di daerah saya ada juga orang yang kebetulan namanya sama, Khoirul Anwar. Anak orang biasa dari sebuah desa yang lumayan jauh dari pusat kota Kediri. Hari ini dia menjadi salah satu orang yang cukup terkenal di dunia, mengapa? Sebab gara-gara dia, saat ini anda dan para pengguna smartphone di seluruh dunia dapat menikmati signal LTE atau 4G yang begitu cepat itu.

Dia menjadi Professor di salah satu perguruan tinggi ternama di Jepang dan bersama beberapa kawannya berhasil mengembangkan gelombang LTE. Otomatis dia menjadi pemegang hak paten atas penemuannya yang fenomenal itu. Setelah itu dia pun dapat memberangkatkan haji orang tua beserta anggota keluarganya yang lain.

Di desa lain masih di daerah saya, masih banyak lagi manusia dengan potensi tidak kalah seperti itu yang dikehendaki Allah terlahir di tanah kelahiranku. Yang sudah senior semisal ya Jenderal Moeldoko (mantan Panglima TNI) dan Tri Risma Harini yang pernah menyabet gelar sebagai salah satu Walikota terbaik di dunia. Dan masih banyak lagi contoh lainnya yang apabila dideskripsikan bisa sampai berbuku-buku. Pokoknya hati-hati saja dengan orang-orang yang berasal dari tanah Jawa Timur. Orangnya terkenal ngawur-ngawur dan ugal-ugalan. Namun jika potensinya sudah keluar, awass! Bisa merubah wajah dunia.

"Mangan Beling"
Pada kegiatan kesenian seperti Kuda Lumping, Reog, Jaranan, Jatilan, maupun pentas pencak silat, sudah menjadi hal biasa ada atraksi orang makan bunga, makan beling (pecahan kaca), memegang bola api, dan lain sebagainya. Atraksi-atraksi semacam itu benar-benar sangat menghibur orang-orang yang menyaksikannya. Sekilas memang terlihat ekstrim dan memacu adrenalin orang-orang yang melihatnya. Tetapi mereka para pelaku atraksi tersebut dapat melakukannya dengan santai dan tanpa bantuan dari “makhluk lain”. Lho kok bisa orang mangan beling dan tidak sampai berdarah-darah begitu? Apakah itu bukan sebuah klenik?

Semua itu ada ilmu beserta teknik-teknik tertentu yang harus dipelajari oleh para pemain sebelum melakukan atraksi “ndadi” seperti itu. Orang yang belum pernah mempelajari ilmu fisika pasti akan menganggap klenik apabila melihat benda yang dilempar jauh ke atas pada akhirnya pasti jatuh ke bawah. Dan ada syarat khusus yang harus dipenuhi agar seorang bocah bisa ndadi dan berani melakukan adegan ekstrim semacam itu. Apa syarat khusus itu?

Syaratnya adalah bahwa bocah itu haruslah anak orang miskin. Sebab jika bocah itu anak orang mapan apalagi orang kaya raya, mustahil dapat mangan beling seperti itu. Bocah-bocah yang berani dan sukses mangan beling adalah anak-anak orang miskin yang jarang makan enak dan belum tentu setiap hari di rumahnya tersedia beras untuk dimakan.
Tidak mungkin anak seorang pengusaha, bupati, dokter, kontraktor, jenderal, apalagi Habib kok ikut-ikutan acara jaranan semacam itu. Yang ikut jaranan pasti golongan orang miskin yang setiap harinya “bingung” karena tidak punya apa-apa di rumah dan sering tidak punya biaya untuk membiayai sekolah hingga ke perguruan tinggi ternama seperti anda.

Ketahuilah, nasib mereka tidak seberuntung nasib anda yang dapat studi hingga sarjana atau magister serta rajin belanja beli buku. Lhawong buat makan saja bingung, apalagi buat sekolah. Daripada bingung mau ngapain lebih baik ya ikut ndadi saja mangan beling. Kan lumayan nanti juga dapat sangu buat beli beras. Begitu katanya.

Maka jika ada anda bertemu dengan bocah-bocah yang sedang beratraksi mangan beling seperti itu jangan terburu mengatakan bahwa mereka berbuat syirik, klenik, maupun kurafat. Tetapi berilah mereka beras dan uang untuk membayar biaya sekolah, agar mereka tidak ada waktu untuk mangan beling lagi. Sementara orang-orang berdasi yang setiap hari jelas-jelas perilakunya menuhankan uang dan jabatan itu apakah tidak sedang berbuat syirik?

Potensi-potensi yang luar biasa itu tumbuh karena adanya keterbatasan-keterbatasan. Seperti bocah SMP yang bernama Khoirul Anwar itu tadi. Dia hanyalah salah satu dari ribuan anak orang miskin yang di dalam dirinya terpendam bakat luar biasa. Ada salah seorang guru berkata begini dalam rangka melecut motivasi kepada siswa lain teman Khoirul Anwar di SMP: Lhawong siswa urakan saja bisa jadi juara provinsi, apalagi siswa yang lebih rajin dan berprestasi di kelas seharusnya bisa mencapai prestasi yang lebih dari Khoirul Anwar.

Kira-kira jawabannya begini bu guru, konsep dasar tentang cara berpikir kita yang semestinya terlebih dahulu dibenahi. Apabila siswa itu rajin dan sering mendapat rangking di kelas, biasanya ia adalah anak orang yang cukup mapan, yang sepulang sekolah rajin mengikuti les di LBB kadang sampai malam hari. Nah, justru anak yang seperti ini tidak akan keluar attitude-nya yang luar biasa seperti Khoirul Anwar. Karakter anak seperti ini biasanya terdidik untuk menjadi siswa yang biasa-biasa saja, hidupnya monothon dan tidak berani mengambil resiko. Anak seperti ini akan cenderung menjadi rangking kelas sampai lulus tanpa pernah mengukir prestasi yang jauh lebih tinggi di luar sekolah. Dan besok ketika dewasa biasanya menjadi pegawai atau karyawan.
Sedangkan bocah-bocah yang berkeadaan ekonomi mepet dan serba kekurangan seperti Khoirul Anwar ini sangatlah berpeluang untuk tumbuh jiwa-jiwa kepemimpinan di dalam dirinya dan memiliki keberanian untuk membuat perubahan-perubahan. Hanya orang-orang bernyali yang sanggup mengguncang kebekuan dan menghentak suasana yang pasif.

Begitulah hukum alam yang terjadi apabila manusia berani out of the box.
Sejarah telah membuktikan bahwa perubahan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang berani meninggalkan “zona aman” dan “zona nyaman”. Juga oleh orang-orang yang merasa memiliki banyak keterbatasan. Orang yang hidupnya selalu bergerak untuk mencari pola yang lebih baik dan lebih kompatibel terhadap kehidupan. Berbeda dengan orang-orang yang hidupnya Loss. Sejak kecil hingga dewasa diperlakukan secara ‘monothon’ dan dicukupi segala kebutuhan hidupnya. Manusia semacam ini akan cenderung banyak perhitungan, kurang percaya diri, serta tipis dalam hal keyakinan. Sehingga ia akan lebih memilih hidup di zona nyaman plus mapan.

Mari belajar kepada pengalaman. Selama 350 tahun kita berhasil dijajah oleh Belanda salah satu penyebab utamanya ialah karena pada kurun waktu itu lebih banyak raja-raja nusantara yang memilih zona aman untuk hidup bekerjasama dengan Belanda, dibandingkan dengan para pemimpin yang berani berjuang bersama rakyat untuk mengusir Belanda. Apakah zona aman seperti itu akan kalian ulangi kembali kepada para penjajah modern yang saat ini sudah banyak berkeliaran di negeri kita? 

Maka bersyukurlah atas berbagai keterbatasan yang kalian miliki. Karena dengan itulah kalian akan memiliki banyak peluang dan kemungkinan untuk membuat sesuatu yang “tidak biasa”. Selalu ucapkan Alhamdulillah atas datangnya sesuatu yang tidak enak. Karena jika Alhamdulillah hanya diucapkan atas datangnya hal-hal yang enak saja, sedangkan ketika datang musibah kalian mengeluh, berarti kalian adalah orang yang rapuh dan tidak memiliki kekebalan mental. Orang yang kuat ialah orang yang sanggup mengalahkan dirinya sendiri tanpa harus menyakiti orang lain. Seorang pejuang sejati akan bersikap keras kepada dirinya sendiri, tetapi amat lemah lembut kepada orang lain.(har)

0 Komentar

Lebih baru Lebih lama