-->

Ketoprak Bhayangkara Budaya THR Surabaya Pentas Di Hutan Wilis Kediri



KEDIRI,TRIBUNUS.CO.ID -  Pagelaran ketoprak sinergitas tiga pilar bersama Bhayangkara Budaya THR Surabaya, menjadi hiburan rakyat bagi warga Desa Jugo. Kesenian khas daerah Jawa dengan lakon atau judul “Serial Damarwulan Minak Jinggo Episode Brawijaya Tanding” ini, digelar di lapangan Secang Sewu yang berlokasi di kawasan hutan lereng Gunung Wilis. minggu (11/11/2018)

Pentas kesenian ketoprak ini terselenggara atas kerjasama Kodim 0809/Kediri bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri serta Pemerintah Desa Jugo, dan pentas ini tidak lepas dari hiburan rakyat yang merupakan agenda TMMD yang berlangsung di Desa Blimbing dan Jugo, Kecamatan Mojo.

Menurut sang sutradara, Totok Sontro, ketoprak tersebut mengisahkan Pemerintahan Kerajaan Majapahit dibawah kekuasaan Kencana Wungu, ada pemberontakan dari Blambangan yang dipimpin Adipati Minak Jinggo secara terang-terangan tidak mengakui kedaulatan Majapahit di wilayah kekuasaannya.

Akhirnya terjadilah perseteruan antara Kerajaan Majapahit dengan Blambangan. Kerajaan Majapahit mengutus Senopati Damarwulan beserta pasukannya untuk menaklukkan Adipati Minak Jinggo dan Damarwulan sukses menjalankan misinya.


Tetapi kesuksesan Damarwulan tersebut justru harus menghadapi fitnah yang bertubi-tubi, dari teman-temannya hingga mertuanya sendiri. Satu persatu fitnah itu bisa dipatahkan dan Damarwulan mampu mententramkan Majapahit, sekaligus naik level menjadi Raja Majapahit dengan gelar Prabu Brawijaya.

Pada saat itulah, muncul sosok Layang Seto, Layang Kumitir serta Patih Loh Gender, ketiganya tidak terima atas keberhasilan Damarwulan dan berusaha mengadu domba dengan Adipati Bontoseletan.

Dari perselisihan antara Damarwulan dengan Bontoseletan, disitulah muncul tokoh-tokoh tua yang berusaha mendamaikan, sekaligus mengingatkan kepada seluruh rakyat Majapahit agar tidak mudah mempercayai berita bohong atau hoax, yang dapat memecah belah bangsa dan kerukunan antar umat beragama.

Akhir pertunjukan ini, secara bersama-sama semua tokoh-tokoh Majapahit sepakat untuk saling bekerjasama menjaga ketenteraman serta menjalin persatuan dan kesatuan dengan sesanthi “NKRI Harga Mati”.

Penampilan Bhayangkara Budaya THR Surabaya, Totok Sontro mengakui belum pernah tampil diluar pulau Jawa, tetapi untuk Jawa Timur, Yogyakarta dan Jawa Tengah, hampir semua daerah sudah pernah disambangi paguyuban kesenian ketoprak ini.

Ketoprak Bhayangkara Budaya THR Surabaya ini secara keseluruhan ada 70 pemain dan bila tampil tergantung lakon atau judul yang dipentaskan. Sebagaimana pagelaran yang berlangsung di lapangan Secang Sewu ini, hanya 30 pemain yang tampil, sesuai lakon atau judul.

Totok Sontro menjelaskan, kalau pemain ketoprak saat ini campur, tidak mungkin dalam satu daerah bisa dijadikan satu. Mengingat peminat atau pemain dalam satu daerah itu sangat kurang, mengakibatkan dalam satu daerah tidak lebih dari 10 orang yang berminat menjadi pemain ketoprak. (pendim 0809 Kodim Kediri)

0 Komentar

Lebih baru Lebih lama