-->

India Diprotes Rusia Karena Membeli Senjata dari Korea Selatan

Hanwha Defense Systems  [foto]


Koran The Korea JoongAng Daily memberitakan keputusan militer India memilih sistem pertahanan antipesawat hybrid Biho buatan Hanwha Defense Systems, Korea Selatan.

Biho diputuskan sebagai kandidat setelah melalui proses penawaran yang melibatkan sejumlah pabrikan senjata asing.

India berencana melakukan upgrade terhadap sistem sistem pertahanan udaranya.

Seperti dikutip defence-blog, keputusan India ini segera disambut protes Rusia, dengan mengeluarkan pernyataan bernada kecewa terhadap keputusan India untuk memberikan kontrak kepada Korea Selatan untuk sistem pertahanan antipesawat.

Penawaran ini sendiri secara resmi sudah diumumkan tahun 2013. Calon senjata yang akan dibeli kemudian evaluasi sepanjang 2015 dan diuji pada 2017.

Dalam tender global 2013, Angkatan Darat India mengeluarkan tiga nama pabrikan yang akan mengikuti tender. Yaitu Hanwha Defense Systems yang menawarkan Hybrid Biho, perusahaan Rusia Almaz Antey mengusung Tunguska yang sudah di-upgrade, dan KBP Tula dengan Pantsir.

Industri pertahanan Korea memandang pasar India sebagai peluang untuk beralih dari penjualan domestik ke ekspor.

Kontrak India ini melibatkan 104 sistem Biho, 97 pembawa amunisi, 39 kendaraan komando, 4.928 rudal, dan 172.260 amunisi. Sehingga nilai total kontraknya menjadi 2,5 hingga 3 triliun won.

Menurut Hanwha Defense Systems, sistem pertahanan antipesawat Biho kaliber 30mm telah menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam kondisi medan perang di semenanjung Korea yang bergunung-gunung.

Biho memiliki kemampuan manuver luar biasa dengan kecepatan maksimum 60 km/ jam. Jarak efektifnya 3 km dan memiliki kecepatan tembak 1.200 peluru/ menit.

Sistem Biho bisa mendeteki target dari jarak 21 km. Sistem ini mampu membawa empat rudal jarak pendek permukaan-ke-udara dengan jangkauan efektif 5 km. Itupun masih dibantu dua senapan mesin 30mm.

Moskow sebagai pemasok senjata tradisional India, langsung memerintahkan Menteri Pertahanan Sergey Shoygu untuk secara terbuka menyatakan ketidakpuasan dengan keputusan India ini. Sikap Moskow ini disampaikan di sela-sela konferensi militer antara kedua negara pada 18 Desember.

Rusia juga menyatakan bahwa uji coba senjata dilakukan secara tidak adil dan meminta pengulangan.

Karena itu Rusia menindaklanjuti dengan mengirimkan permintaan resmi kepada Kementerian Pertahanan India untuk mengevaluasi kembali proses penawaran.

Analis pertahanan di Seoul mengatakan mungkin sulit bagi Korea untuk mengatasi campur tangan Rusia.

"Fakta bahwa senjata (Rusia) kalah dalam penawaran itu pasti mengejutkan Rusia, yang membanggakan diri sebagai produsen terkemuka sistem pertahanan gabungan," kata pejabat Korea itu.    (beny adrian-mylesat)

0 Komentar

Lebih baru Lebih lama