-->

Pengunjung Wisatawan Banyu Biru Berenang Bareng Ikan Sengkaring




TRIBUNUS.CO.ID, PASURUAN - Keberadaan sumber mata air Wisata Banyu Biru yang terletak di Desa Sumberejo, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan tidak lepas dari peran pelarian pasukan Kerajaan Majapahit yang runtuh.

"Pembabat Desa Sumberrejo ini adalah Mbah Tombro dan Mbah Kebut yang berasal dari  pasukan Majapahit yang tidak meneruskan pelarian ke Tengger (Gunung Bromo) bersama rombongan Kerajaan dan berhenti di selatan Banyu Biru," jelas Rachmad Tjahyono, Pemerhati Budaya Pasuruan saat ditemui tribunus.co.id, Sabtu (16/02/2019).

Diceritakannya, dikampung yang didirikan oleh kedua mantan prajurit itu, terjadi peristiwa hilangnya dua hewan ternak yaitu kerbau milik Mbah Tombro. Semua warga pun bergotong royong mencari. Terbilang mudah, karena berbekal menelisik jejak kaki, kedua kerbau itu akhirnya ditemukan terjebak di kubangan lumpur. Berbagai upaya untuk menyeret kerbau ke atas tak berhasil. Barulah setelah itu, hal ajaib pun terjadi.

"Mbah Tombro yang memetik daun keladi, lalu melemparkannya ke kubangan lumpur. Setelah ia berteriak, sontak kaki kedua ekor kerbau itu menggapai dan memijak daun keladi, lalu bangkit dan berlari kencang menuju kandangnya," terang pria berumur 50 tahun tersebut.

Namun hal aneh terjadi, tiba-tiba kubangan itu berubah menjadi sumber mata air yang jernih. Bahkan, Mbah Tombro juga melihat dua ekor ikan sengkaring (sejenis ikan emas) sedang bermain.

"Hingga saat ini, masyarakat sekitaran pun menjaga sumber air dan ikan-ikan sengkaring di dalamnya," ujarnya kepada tribunus.co.id

Sampai saat ini tempat pemandian Wisata Banyu Biru, ratusan ekor ikan dapat dilihat oleh para pengunjung yang berenang dan dapat bermain bersama ikan tersebut.

Dari kepercayaan warga masyarakat sekitar, Meski demikian, jangan sekali-kali  mengambil, dan memakan ikan tersebut bila tidak ingin celaka.

"Kalau niatnya baik, seperti memberi makan ikan, Insya - Allah dapat berkah dari Allah SWT, lantaran ikan ini. Namun jika menyakiti, pasti memdapat hal yang sebaliknya, seperti apes." terangnya.

Mitos dilarang mengambil ikan dilokasi utama sumber mata air Banyu Biru sudah diwariskan secara turun temurun. Sejak Mbah Tombro menyaksikan peristiwa ajaib terbentuknya sumber mata air yang berwarna biru jernih itu.

"Mbah Tombro bilang, jangan dikemana - manakan ikan ini. Nanti tambah lama tambah banyak. Sehinggga, sampai sekarang pun ikan ini gak pernah dipanen dan ikannya pun gak kemana-mana," tambahnya.

Subandi mengatakan, jika dulu ada warga sekitar yang diketahui mengambil dan memelihara ikan Sengkaring dari mata air. Namun saat ikan sudah besar, ikannya dikembalikan.

Sampai sekarang, warga tak berani mengambil ikan sengkaring (Ikan Mas) ini, lantaran takut membawa musibah.

Bagi masyarakat yang percaya mitos, ada waktu terbaik untuk berkunjung ke wisata alam pemandian Banyu Biru.


"Masyarakat yang ingin dapat hikmahnya, biasanya datang siang hari pada Minggu legi atau Kamis legi," kata pekuncen

Menurutnya, masyarakat yang pikirannya sumpek karena mata pencahariannya mendapat ganguan, atau badannya sakit-sakitan, bisa termudahkan saat berenang sambil niat berdoa kepada Allah di pemandian Banyu Biru ini.

"Semua itu karena pertolongan Allah SWT. Manusia kan punya kewajiban berusaha, ya salah satunya ke Banyu Biru ini. Selain mandi, juga sambil berdoa di makam Mbah Tombro," ungkapnya.

lanjut Subandi, "Banyak orang datang kembali ke pemandian Banyu Biru, saat hajatnya sudah tercapai. Mereka biasanya nadzar, Kalau terkabul mereka datang kembali. Istilahnya wujud ucapan terima kasih," pungkasnya

Pewarta       : Rachmat H.

0 Komentar

Lebih baru Lebih lama