-->

Perkebunan Karet Terluas Berada Di Sumsel dan Terdampak Pestalotiopsis Hingga Seluas 103 Ribu Hektar

Sekjen Dewan Karet Indonesia yang juga Asisten Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), 
H. Uhendi. (Foto: Ist)


TRIBUNUS.CO.ID - Serangan cendawan pestalotiopsis sp yang mengakibatkan pohon karet gugur daun disebutkan telah mencapai 103 hektare. Terluas terjadi di Sumatera Selatan, disusul Sumur, Kalteng dan Kalbar.

"Serangan pestalotiopsis itu bahkan menyerang ke 103.254 hektar perkebunan karet di seluruh Indonesia, terutama di sentra-sentra perkebunan karet seperti Provinsi Sumatera Selatan yang perkebunan karetnya terluas, disusul serangan ke Sumatera Utara, Jambi, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat," ujar Sekjen Dewan Karet Indonesia yang juga Asisten Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), H Uhendi, Jumat (12/7/2018).

Kata Uhendi, data itu diperoleh dari Pusat Penelitian Karet (PPK) yang merupakan bagian dari PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN). Ia mengungkapkan, wabah pestalotiopsis terjadi karena resistensi tanaman karet berkurang.

Ia mengatakan, cendawan pestalotiopsis awalnya diketahui menyerang perkebunan karet di Malaysia. Sementara Thailand yang juga menjadi sentra karet belum memberikan informasi apakah terkena atau tidak.

Kata Uhendi, pada tahun 2017, cendawan penyebab GDK itu menyerang 22 ribu ha perkebunan karet di Indonesia. Namun berdasarkan data Pusat Penelitian Karet, Uhendi mengatakan luasan serangan sudah mencapai 103.254 ha, terutama menyerang Sumsel, Sumut, Jambi, Kalsel, dan Kalbar.

"Awalnya serangan pestalotiopsis terbatas, tapi kini meluas. Sumsel yang terparah, apalagi lahan karet terluas di Indonesia ada di Sumsel," tegas Uhendi.

Pewarta : rn
Sumber : Global planet

0 Komentar

Lebih baru Lebih lama